, merupakan kelompok bersenjata Yahudi yang paling bertanggung jawab atas teror pemusnahan pemukiman Arab sebelum, selama dan sesudah perang 1948 berkecamuk. Yang terkenal karena korbannya paling banyak dan cara pembantaian yang sangat keji, adalah peristiwa Deir Yasin, 9 April 1948. Sebuah desa dimusnahkan, dan seluruh penduduknya dihabisi. Menurut Nawaf Hail Takuri, penulis buku
(1997), petugas Palang Merah Internasional yang melakukan insvestigasi pada peristiwa Deir Yasin, menemukan ratusan mayat wanita anak-anak dan orang tua, bergeletakan, dengan tubuh tak berbentuk lagi akibat sayatan senjata tajam dan tembakan peluru. Petugas itu coba menghitung jumlah mayat yang ditemukan, dan jatuh pingsan ketika baru sampai pada hitungan 250 ! Padahal masih banyak tumpukan mayat yang belum diteliti satu persatu.
Pembantaian Deir Yasin menjadi tragedi menakutkan bagi bangsa Palestina. Sehingga mereka memilih mengungsi jauh-jauh, sebelum teroris Irgun dan Stern datang. Pengungsi Palestina yang takut di "Deir Yasin" kan, pada tahun 1949 mencapai 940.000. Mereka terpuruk di perbatasan Jordania, Lebanon, Mesir dan Syria.
Irgun dan
Stern memang terkenal sebagai kelompok teroris bersenjata. Mereka bukan saja garang dan ganas terhadap bangsa Arab. Tapi juga terhadap bangsa Yahudi sendiri. Terutama yang ada di luar negeri, dan tidak mau bermigrasi ke Israel. Seperti terjadi pada komunitas Yahudi Irak. Mereka sudah merasa menyatu dengan masyarakat Irak. Tak punya keinginan pindak kemanapun juga. Termasuk Israel yang baru didirikan.
Seorang pemuda zionis Yahudi, Mordachai ben Furat, mengambil inisiatif mengintimidasi. Dibantu penuh oleh Ben Gurion, pentolan Stern, Mordachai ben Furat meledakan Sinagoge (tempat ibadah) kaum yahudi Irak, dengan bom berkekuatan tinggi. Kemudian melakukan kampanye, bahwa pelaku peledakan adalah orang-orang Irak anti Yahudi. Akibatnya Yahudi Irak bermigrasi ke Israel, dan kepada mereka ditanamkan rasa antipati Arab yang luar biasa.
Ben Gurion kelak menjadi PM Israel pertama. Sedangkan Mordachai ben Furat menjadi Menteri Keuangan pada pemerintahan Mencahem Begin, tahun 1970-an, dan tahun 1981 menjadi anggota Knesset (Parlemen) mewakili sebuah partai ultra kanan yang anti perdamaian.
Sebelum dihapuskan, Irgun dan Stern sempat berseteru dengan angkatan bersenjata resmi Israel pada masa perang 1948, seperti Palmah (Pasukan Elit), Hish (Pasukan Reguler), dan Mishmar (Pengawal Negara). Ketiga angkatan ini merupakan pecahan dari Haganah, pasukan beladiri Israel yang berpengalaman dalam Perang Dunia I (1914-1918), dan Perang Dunia II (1939-1945).
Dibawah pimpinan Panglima Jendral Jacob Dori dan Kastaf Kolonel Yigal Yadin, AB Israel berhasil menjinakan Irgun dan Stern. Secara organisatoris kedua kelompok teroris ini langsung bubar. Namun secara idiologis , mereka masih terus mewariskan parktek terorisme kepada generasi muda Yahudi, mulai dari sekolah-sekolah, hingga kibutz (Komunitas pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi dan sumber daya manusia Israel masa kini dan masa depan).
Maka dapat dimengerti, jika pembunuhan, pengusiran, pembungihangusan dan tindakan kekejaman lainnya dari Irael kepada Palestina nyaris tak pernah berhenti. Setiap tahun selalu terjadi. Bukan hanya sekali. Tetapi beberapa kali. Dengan tingkat kekerasan dan korban tidak kalah oleh Deir Yasin.
Misalnya saja, pembantaian-pembantaian: Syarfat (7 Februari 1951), Iedul Milad (6 Januari 1952), Qibya (14 Oktober 1953), Gaza (28 Februari 1955), Tabariya (11 Desember 1955), Gharnul (13 September 1956), Hausan (25 September 1956), Kalkiliya (10 Oktober 1956), Kafr Qasim (28 Oktober 1956).
Daftar kekejaman diwarnai pembantaian oleh Israel, akan semakin panjang jika dirunut hingga saat-saat paling mutakhir. Yang paling terkenal, dan menyeramkan bagi manusia beradab, adalah pembunuhan 1.200 warga sipil Palestina di kamp pengungsi Shabra dan Syatila, Lebanon Selatan, 17 September 1982. Kekejaman dan kebengisan yang berlipat ganda dari pada pembantaian warga sipil di Tel Za'tar dan Karnatina, 10 Agustus 1976, yang juga dilakukan dengan dalih menyerang sarang gerilyawan Palestina.
Dalih yang terus dilakukan hingga sekarang. Termasuk ketika pasukan atau perorangan militer Israel menembaki anak-anak Palestina di Uyun Qarah, 20 April 1990. Seratusan anak-anak sedang bermain dan menggembalakan ternak, tewas dengan tubuh bolong-bolong kena peluru jarak dekat. Atau ketika Barukh Goldstein, Mayor AD Israel menembaki jamaah shalat subuh di Masjid al Khalil Hebron, 25 Februari 1994.
Reaksi dari para pejuang Palestina, baik berupa serang roket, istisyhadiah (ledakan bom jihad), malah dianggap aksi teror. Media internasional yang mayoritasdikuasai lobby Uahudi, berhasil membentuk opini "centang perenang".
Teror Israel terhadap Palestina, sejak masa imigrasi tahun 1917 dan meningkat pada masa proklamasi 1948, hingga sekarang, dianggap tindakan bela diri. Masyarakat Yahudi yang merampas tanah Palestina merasa terus-terusan terancam keamanan harta dan jiwanya. Mereka terkena sindrom traumatik dan parnoia amat parah.
Sehingga mereka berani membayar tambahan pajak untuk meningkatkan jumlah dan mutu angkatan bersenjata serat intel-intel mereka. Semahal apapun biaya yang harus ditanggung, tidak masalah. Yang penting, bayangan gangguan Palestina lenyap.
Sedangkan Palestina yang mencoba bangkit melawan kezaliman, menata harkat dan martabat selaku manusia merdeka di atas tanah air kepunyaan mereka yang sah, selalu dipojokan. Jangankan ledakan bom, letupan senjata, detak ranting patah saja selalu dianggap perlawanan bersenjata. Sehingga tentara Israel meras tak perlu malu lagi mengeluarkan roket dan rudal untuk menangkis lemparan batu anak-anak intifada Palestina.
Kapan keadaan ganjil seperti ini akan berhenti? Tergantung sikap Israel dan antek-anteknya. Terutama Amerika dan Inggris. Selama AS dan Inggir menerapkan standar ganda di Timur Tengah (menyanjung Israel dan meninjak Palestina) keadaan semerawut masih akan terus berlangsung. Selama AS dan INggris mendiamkan perilaku Israel yang jelas-jelas melanggar norma-norma hukum internasional, melanggar teritorial kedaulatan Palestina, kekacauan tak akan pernah berhenti.
Atau mungkin, Israel beserta dua kacung setianya AS dan Inggris, menunggu hukum lain berlaku atas mereka. Yaitu hukum Allah SWT yang telah menetapkan kehancuran Israel setelah mereka melakukan kerusakan dimuka bumi, dua kali.
Syekh As'ad Bayudh at Tamimi, Imam masjid Al-Aqsa sebelum perang 1967, penulis buku Zawaal Isra ail Khatmiyah Qur'aniyah (Kehancuran Israel menurut Al Quran), menyatakan, kehancuran Israel setelah melakukan kerusakan yang kedua kali terdapat dalam Quran, Surat Al Israa' ayat 4 dan 5.
"Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar" [QS. Al Israa' : 4]
"Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela dikampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana" [QS. Al Israa' : 5]
"Banyak para penafsir menganggap, Israel sudah dihancurkan akibat melakukan dua kali kerusakan pada zaman dulu. Yaitu oleh Nebukadnezar tahun 500 SM, dan oleh Titus tahun 70 M. Tapi itu berlangsung sebelum datang Nabi Muhammad membawa ajaran Quran. Maka dua kali perbuatan merusak harus pada masa berlakunya hukum Quran. Yaitu sekarang. Kaum Yahudi sudah melakukan kerusakan pertama pada zaman Rasulullah SAW, ketika mereka menghianati perjanjian damai di Khaibar. Sehingga, mereka diusir habis dari sana. Krusakan kedua berupa kejahatan-kejahatan Yahudi dimasa sekarang, sejak mereka merampas bumi Palestina berikut segala dampak negatifnya yang terasa oleh seluruh umat dan dunia Islam."
Senada dengan Syekh As'ad Bayudh at Tamimi, seorang cendikiawan Palestina lainnya, Dr. Basam Nahad Jarrar, mengupas makna ayat 4 dan 5 surat Al Israa' yang dilengkapi tinjauan matematis. Setelah mengajukan berbagai argumentasi, dilengkapi referensi tentang akhbarul ayyamuts tsaniyah yang merupakan indikasi perbuatan Yahudi merusak kedua kali, dalam bukunya yang berjudul Zawal Israil (1998), Basam Jarrar berkesimpulan: Kehancuran Israel akan terjadi tahun 2022.
Sinyalemen kedua ilmuwan tersebut, mungkin benar, mungkin salah. Tapi yang jelas, hukum Allah SWT tidak akan lepas dari siapapun yang berbuat kerusakan di muka bumi. Termasuk Yahudi, yang mengaku sebagai umat pilihan Tuhan.